Tugas Kelompok Softskill Etika Bisnis BAB 3
Nama Anggota :
Agustinus Septian A (10213389)
Albet Peprian R (10213590)
Fikri Sea Javanesa (13213466)
Krisna Aji W
(14213866)
Model Etika Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Etika Bisnis
1. Model Etika Bisnis
1.1 Immoral Manajemen
Immoral manajemen merupakan tingkatan terendah dari model
manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis.
Contoh: Mendapatkan kayu secara ilegal. Beberapa perusahaan yang
sengaja membakar hutan tersebut sebenarnya adalah Perusahaan yang telah melakukan
pencurian kayu, sehingga untuk menghilangkan jejaknya mereka melakukan
penebangan hutan secara sengaja. Hal ini dibuktikan dengan melihat tunggal
pohon bekas potongan gergaji mesin.
1.2 Amoral Manajemen
Ada 2 jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu:
Manajemen yang dikenal tidak sengaja berbuat amoral (unintentional
amoral manager).
Tipe Manajer yang sengaja berbuat amoral Manajemen dengan pola ini
sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus jalankan, namun terkadang
secara sengaja melanggar etika tersebut, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
bisnis mereka misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain.
Contoh: Kasus Lapindo Brantas Inc. (LBI). Akibat kecerobohan yang
dilakukan pihak manajemen LBI, hingga saat ini semburan lumpur masih
berlangsung hingga saat ini sehingga menggenangi ruas jalan dan pemukiman
penduduk. Beberapa prosedur yang dilanggar LBI antara lain:
LBI tidak mengindahkan Surat Edaran Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 1462/20/DJP/1996, yaitu salah satu syarat pemberian Kuasa
Pertambangan (KP) eksplorasi atau eksploitasi, LBI selaku pemegang KP harus
melakukan mekanisme Pengumuman Setempat (PS) untuk melindungi kepentingan
sosial rakyat setempat dimana usaha pertambangan dilakukan.
LBI tidak mengindahkan PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL. LBI
tidak mengindahkan Pasal 33 ayat 1, Pasal 7 ayat 1.
LBI sengaja melanggar prosedur utama sebagai standar operasional
pengeboran minyak dan gas. LBI sengaja tidak memasang selubung bor.
1.3 Moral Manajemen
Nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar
tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya.
Contoh: Contoh kasus enron & KAP Arthur Anderse. Enron, suatu
perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka di
Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut
dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron
diketahui terjadinya perilaku moral hazard (perilaku jahat) : diantaranya
manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS
padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan
keinginan perusahaan agar saham tetap diminati para investor, kasus memalukan
ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden
Amerika Serikat.
2. Sumber Nilai Etika
2.1 Agama
Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and Spirit of
Capitalism menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat antara
ajaran agama dan etika kerja, atau antara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi. Etika sebagai ajaran baik-buruk, salah-benar, atau ajaran
tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber
terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam
ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi
banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam
lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.
Etika bisnis menurut ajaran Islam digali langsung dari Al Quran
dan Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam, etika bisnis dalam Islam menekakan pada
empat hal Yaitu : Kesatuan (Unity), Keseimbangan (Equilibrium), Kebebasan
(FreeWill) dan tanggung jawab (Responsibility). Etika bisnis Islam menjunjung
tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan, sedangkan antara
pemilik perusahaan dan karyawan berkembangan semangat kekeluargaan
(brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang islami gaji karyawan dapat
diturunkan jika perusahaan benar-benar merugi dan karyawan juga mendapat bonus
jika keuntungan perusahaan meningkat. Buruh muda yang masing tinggal bersama
orang tua dapat dibayar lebih rendah, sedangkan yang sudah berkeluarga dan
punya anak dapat dibayar lebih tinggi disbanding rekan-rekannya yang muda.
2.2 Budaya
Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan
etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu
bangsa maupun budaya yang bersumber dari berbagai negara. Budaya yang mengalami
transisi akan melahirkan nilai, aturan-aturan dan standar-standar yang diterima
oleh suatu komunitas tertentu dan selanjutnya diwujudkan dalam perilaku
seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas yang lebih besar. Budaya adalah
suatu sistem nilai dan norma yang diberikan pada suatu kelompok atau komunitas
manusia dan ketika itu disepakati atau disahkan bersama-sama sebagai landasan
dalam kehidupan.
2.3 Filosofi
Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam
pengambilan keputusan oleh manusaia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran
filosofi tersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari
ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang
lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari
berbagai pemikiran para filsuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembang
dari tahun ke tahun.
Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai
ketika zaman Yunani kuno pada abad ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399 SM)
Socrate percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar
memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan
lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena
keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes percaya bahwa
kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah
jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang
membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. “Kenalilah
dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih tinggi
daripada hukum manusia.
2.4 Hukum
Adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam
rangka untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum
menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan
mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap
bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti
ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
3. Leadership (Tokoh Pemimpin di Bidang Bisnis)
Chairul Tanjung menyatakan bahwa dalam membangun bisnis,
mengembangkan jaringan adalah hal yang penting. Selain itu memiliki rekanan
yang baik sangat diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan
yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Baginya,
pertemanan yang baik akan membantu proses berkembangnya bisnis yang dikerjakan.
Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus maka jejaring bisa diandalkan.
Dalam hal investasi, Chairul Tanjung memiliki idealisme bahwa
perusahaan lokalpun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan
perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama
dengan perusahaan multinasional dari luar negeri.
Menurutnya modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan
bisnis. Namun kemauan dan kerja keras, merupakan hal paling pokok yang harus
dimiliki seseorang yang ingin sukses. Baginya mendapatkan mitra kerja yang
handal adalah segalanya. Dimana membangun kepercayaan sama halnya dengan
membangun integritas.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda sudah
seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya
membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan
sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil
jalan seketika, karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci
utama dalam mencuri hati pasar.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Etika Manajerial
4.1 Strategi dan Performasi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaan
terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai
kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar
untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut
excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna
mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
4.2 Karakter Individu
Merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam
memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman.
Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang
menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu. Perjalanan hidup suatu
perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan
fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu
akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Semua kualitas individu nantinya akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian
menjadi prinsip yang dijalani dalam kehidupannya dalam
bentuk perilaku. Faktor-faktor tersebut yang pertama adalah pengaruh
budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam
keluarganya.
4.3 Budaya Organisasi
Menurut Mangkunegara, budaya organisasi adalah seperangkat asumsi
atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi
yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Budaya organisasi juga berkaitan dengan bagaimana karyawan
memahami karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah
karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu
sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif.
Sumber:
http://lestariratuayu.blogspot.co.id/2013/12/modelsumber-dan-faktor-faktor-pendukung.html
http://slideplayer.info/slide/2338453/#
http://novitakristianisengkandai.blogspot.co.id/2015/10/bab-3-model-etika-dalam-bisnis-sumber.html
http://selviadevy.blogspot.co.id/2014/10/contoh-kasus-tanggung-jawab-moral.html
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi.
Bandung : Refika Aditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar