Playboy Kepentok Cinta
Awalnya
aku bingung, kenapa harus ada cinta di dunia ini. Karena menurutku, cinta itu
tidak begitu penting dan juga cinta itu hanya untuk kesenangan sesaat saja.
Tapi entah kenapa, dari mana asalnya pun aku tidak tau, banyak teman-teman
menjulukiku sebagai playboy. Julukan yang membuatku sedikit lebih bekerja keras
untuk mendapatkan pacar dan sebenarnya sangat mengganggu reputasiku sebagai cowok
co’ol banget di kelas.
Bicara
soal fisik, tidak ada yang menonjol dariku, hanya saja kata orang-orang, aku
mempunyai wajah yang keren dengan karisma yang tidak ada duanya. Akan tetapi,
saat julukan “Playboy” itu melekat padaku, satu persatu cewek “yang katanya”
cantik, menjaga jarak denganku. “Kenapa seperti itu? Apa salahku dan apa
dosaku? Apakah seorang “yang katanya” Playboy tidak pantas untuk merasakan
indahnya cinta? Ataukah cewek-cewek “yang katanya” cantik itu, minder dengan
kekerenan dan kekeceanku, sehingga mereka menjaga jarak denganku?” kataku dalam
hati. Iya, hari-hariku terasa biasa-biasa saja. Tidak ada hal yang istimewa.
Beginilah derita seorang “yang katanya” Playboy tanpa kehadiran pacar.
Sampai Suatu ketika, di bawah teriknya matahari, aku bertemu dengan seorang cewek yang kali ini benar-benar cantik di parkiran kampus. Senyumnya menggetarkan hati, membawaku dalam sebuah lamunan di taman yang indah, penuh dengan bunga, dan kicauan burung yang sangat menyejukkan. Aku pun terdiam, dan bertanya-tanya “siapakah dia? mungkinkah dia seorang bidadari yang di kutuk buat menemani hari-hariku?“ pikirku. Akhirnya rasa penasaranku hilang. “sebut saja Mawar”, itulah namanya. Nama yang indah untuk orang yang memiliki paras cantik dan senyum menawan. “Hah, ada apa denganku? Kenapa aku begitu bernafsu untuk mendapatkan informasi tentang Mawar? Apakah ini cinta? Ataukah ini hanya perasaan seorang ABG labil yang sedang mencari cinta?”. Kataku dalam hati.
Akhirnya, setelah sekian lama, aku memberanikan diri untuk menyapa Mawar, itupun tidak secara langsung, melainkan lewat media sosial.
Sampai Suatu ketika, di bawah teriknya matahari, aku bertemu dengan seorang cewek yang kali ini benar-benar cantik di parkiran kampus. Senyumnya menggetarkan hati, membawaku dalam sebuah lamunan di taman yang indah, penuh dengan bunga, dan kicauan burung yang sangat menyejukkan. Aku pun terdiam, dan bertanya-tanya “siapakah dia? mungkinkah dia seorang bidadari yang di kutuk buat menemani hari-hariku?“ pikirku. Akhirnya rasa penasaranku hilang. “sebut saja Mawar”, itulah namanya. Nama yang indah untuk orang yang memiliki paras cantik dan senyum menawan. “Hah, ada apa denganku? Kenapa aku begitu bernafsu untuk mendapatkan informasi tentang Mawar? Apakah ini cinta? Ataukah ini hanya perasaan seorang ABG labil yang sedang mencari cinta?”. Kataku dalam hati.
Akhirnya, setelah sekian lama, aku memberanikan diri untuk menyapa Mawar, itupun tidak secara langsung, melainkan lewat media sosial.
v
“PING!!!”
v
“PING!!!”
v
Kenapa yah?” Balas
Mawar
v
“Nggak ada apa-apa
kok, Cuma mau nyapa aja” Jawabku
v
“Oh iya iya.” Balas
Mawar lagi.
Oh Tuhan, bagaikan seorang teroris
yang siap dieksekusi mati, perasaanku pun tak karuan. Aku hanya bisa terdiam
dan menyalahkan diriku sendiri karena hal yang sangat bodoh dan memalukan baru
saja aku lakukan. Tapi apa boleh buat, demi Cinta aku rela melakukan apa saja.
Sejak obrolan kecil itu terjadi,
aku dan Mawar pun, jadi lebih akrab. Setiap hari aku dan Mawar
berbincang-bincang lewat media sosial. Sampai pada suatu ketika, kata-kata
bodoh yang sangat memalukan aku ketik dari Handphoneku, dan membuat Mawar
sedikit terkejut.
v
“Mawar, sebenanya aku
suka kamu” Kataku
v
“Hah -__-” Jawab Mawar
Lima kata yang sebetulnya
sederhana, tapi sangat-sangat membuat hatiku merana. Sebab, lima kata inilah
awal dari kegalauan yang amat sangat menderaku. Kenapa demikian? “Playboy”. Julukanku
inilah yang membuat Mawar berfikir seribu kali untuk menerimaku. “Oh Tuhan,
inikah derita seorang “yang katanya” Playboy? Ataukah ini hanya cobaan-Mu
padaku, agar aku tidak sombong dengan kekerenan dan kekeceanku?” Kataku dalam
hati.
Hari demi hari aku lalui dengan
kegalauan yang tiada henti, menunggu jawaban “iya” dari Mawar. Seperti Habibie
yang kehilangan Ainun, begitulah gambaran kegalauan yang aku rasakan. Saat aku
mulai pasrah dan menyerah dengan keadaan yang semakin tidak karuan, aku kembali
bertanya pada Mawar, dan akhirnya kata-kata indah itu pun Mawar ketik dari
handponenya.
v
“Mawar, gimana
jawabannya?”
v
“Hhhmmm… Iya deh, aku
terima kamu”
Bagaikan kuatnya Bom Atom yang
menghancurkan Kota Hirosima dan Nagasaki, aku pun berteriak, “Yeeesss”. Lima
kata yang Mawar ketik itu, seperti membuatku terbang ke tujuh samudera,
ditemani burung-burung gereja, dan diiringi alunan musik nan indah. Iya,
begitulah gambaran hatiku.
Setelah
kata-kata itu terucap, kegalauanku berubah menjadi kegirangan, kesedihan
berubah menjadi kegembiraan. Aku pun heran, tidak pernah aku merasakan Cinta
seperti ini, Mawar telah membuatku mengerti, apa itu cinta, dan bagaimana
menghargai orang yang kita sayang, dengan CINTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar